Apa Itu PI Network? Mengapa Semua Orang Membicarakannya

Apa itu Pi Network

Apa itu Pi Network? Kripto yang penuh gejolak, di mana sebagian besar proyek lahir dan mati dalam hitungan bulan, satu nama terus bergaung bahkan di luar lingkaran crypto hardcore: Pi Network.

Anehnya, Pi Network bukan coin yang bisa diperdagangkan di Binance, dan sudah di terdaftar CoinMarketCap. Dan komunitasnya? Militan. Aktif. Global. Muncul di berbagai grup Facebook, TikTok, hingga warung kopi. Pertanyaannya, kenapa semua orang masih membicarakan Pi? Jawabannya rumit, tapi mari kita bedah satu per satu—dengan gaya yang bisa dicerna semua orang.

Siapa Pendiri Pi Network?

Pi Network bukan proyek abal-abal yang muncul dari balik layar Discord. Ia dikembangkan oleh tiga alumni Stanford University: Dr. Nicolas Kokkalis, Dr. Chengdiao Fan, dan Vincent McPhillip (yang kini sudah tidak aktif dalam proyek ini). Nama-nama ini bukan kaleng-kaleng di dunia teknologi.

Dr. Nicolas, misalnya, punya latar belakang PhD di bidang blockchain dan sosial komputasi. Sementara Chengdiao Fan fokus pada interaksi manusia dan teknologi, yang menjelaskan mengapa user experience aplikasi Pi sangat intuitif, bahkan untuk pengguna non-tech.

Kedekatan mereka dengan ranah akademik, dan pemahaman mendalam tentang blockchain serta dampaknya terhadap masyarakat, membuat proyek ini punya pijakan yang jauh lebih kuat dibanding ribuan proyek kripto lainnya yang hanya mengejar hype.

Kapan Pi Network Didirikan?

Pi Network didirikan pada 14 Maret 2019—dan ya, itu bukan kebetulan. Tanggal tersebut bertepatan dengan Hari Pi Sedunia (Pi Day), yang dirayakan setiap 14 Maret karena penulisan angka 3.14 menyerupai konstanta matematika π. Bukan hanya simbolis, pilihan ini mencerminkan pendekatan ilmiah dan komunitas yang jadi fondasi proyek ini sejak awal.

Peluncuran awal dilakukan dalam bentuk aplikasi mobile beta, yang langsung tersedia di Google Play Store dan App Store. Hanya dengan satu tombol klik, pengguna bisa “menambang” Pi tanpa harus tahu coding, mining rig, atau istilah blockchain yang bikin pusing kepala.

Fakta menarik? Dalam tahun pertamanya, Pi berhasil menarik lebih dari 1 juta pengguna—tanpa kampanye besar, tanpa promosi masif, hanya melalui undangan antar teman. Dari situlah kita mulai melihat kekuatan strategi viral growth yang ditanamkan oleh tim pendirinya.

Sekarang, beberapa tahun sejak diluncurkan, Pi telah memasuki fase Mainnet Tertutup dengan lebih dari 35 juta pengguna aktif, dan banyak pihak bertanya-tanya: apakah ini akan menjadi mata uang digital paling inklusif di dunia, atau hanya proyek komunitas yang terlalu ambisius?

Berapa Total Supply Pi Network Saat Didirikan?

Pi Network sejak awal sudah menetapkan batas total suplai yang bisa beredar di ekosistemnya. Menurut whitepaper resminya, total supply maksimum Pi Network adalah 100 miliar koin Pi (100.000.000.000 PI).

Tapi penting dipahami: jumlah ini bukan langsung tersedia semua di awal. Proyek ini memakai pendekatan distribusi bertahap, dengan mempertimbangkan pertumbuhan komunitas, insentif untuk kontributor awal, dan mekanisme halving (pengurangan reward mining) seperti yang kita kenal dari Bitcoin. Artinya, makin banyak orang yang ikut, makin kecil reward yang didapat tiap jamnya—ini mendorong partisipasi awal.

Dari total tersebut, pembagian awal secara garis besar adalah:

  • 80% untuk komunitas, termasuk Pioneer (penambang biasa), Kontributor, Ambassador, dan Node.
  • 20% untuk tim inti pengembang, namun akan diberikan secara bertahap dengan sistem penguncian (vesting period), untuk menjaga keberlanjutan proyek jangka panjang.

Model ini menciptakan struktur ekonomi yang disebut “Supply-Based Mining Mechanism”, di mana reward pengguna dikendalikan berdasarkan total supply yang tersisa, bukan hanya waktu atau aktivitas individu. Jadi, meskipun aplikasi terus membagikan Pi ke penggunanya, secara teknis mereka tidak bisa melampaui batas 100 miliar.

Dan perlu diingat—angka besar ini mungkin terlihat “inflasi”, tapi semuanya sangat bergantung pada cara penggunaan dalam ekosistem. Apakah hanya sebagai koleksi digital? Atau akan jadi alat tukar dalam marketplace berbasis Pi di masa depan?

Pertanyaan inilah yang akan dijawab seiring proyek memasuki fase publiknya. Dan untuk memahami siapa orang-orang di balik strategi besar ini, mari kita bahas siapa sebenarnya pendiri Pi Network.

Jawabannya, mungkin ada di bagian berikutnya.

Siapa Tim di Balik Pi Network?

Di balik layar, Pi Core Team adalah sekelompok pengembang, peneliti, dan penggiat teknologi yang secara konsisten menolak gaya “pump and dump.” Tidak seperti proyek lain yang buru-buru listing dan meroket demi cuan cepat, Pi mengambil pendekatan berbeda: build first, launch later.

Tim inti Pi disebut-sebut bekerja dari Palo Alto, AS—tempat kelahiran banyak startup besar. Mereka juga terbuka menerima feedback dari komunitas global, dengan lebih dari 30 juta pengguna aktif tersebar di lebih dari 200 negara. Itu angka yang bahkan membuat beberapa altcoin populer minder.

Revolusi Mining di Genggaman dan Pengenalan Singkat PI Network

Tidak seperti Bitcoin yang butuh GPU mahal dan listrik segunung, Pi memperkenalkan konsep “mobile mining.” Cukup dengan aplikasi di ponsel, pengguna bisa menambang Pi hanya dengan klik tombol setiap 24 jam. Tanpa menguras baterai. Tanpa panas berlebih.

Skeptis? Wajar. Banyak yang awalnya mengira ini sekadar game simulasi mining. Tapi di balik kesederhanaan UI-nya, aplikasi Pi membangun infrastruktur komunitas dan verifikasi jaringan yang cukup kompleks.

Mining di Pi bukan soal proses komputasi berat, melainkan membangun trust graph—sebuah jaringan kepercayaan yang mengandalkan koneksi sosial dan validasi komunitas. Sistem ini bukan hanya menghemat energi, tapi juga menjangkau miliaran orang yang tak punya akses ke perangkat tambang.

Dari Nol ke Nilai, Bagaimana PI Network Berencana Menciptakan Ekosistem Kripto

Tanpa nilai pasar, Pi saat ini masih berada di fase tertutup—belum bisa diperdagangkan secara bebas. Tapi jangan salah, Pi sudah mempersiapkan Mainnet Open dan berbagai integrasi peer-to-peer marketplace, platform pembayaran merchant, dan bahkan kemungkinan kolaborasi dengan ekosistem Web3 lainnya.

Tim Pi menyadari bahwa nilai tidak datang dari spekulasi saja, tapi dari utility nyata. Maka dari itu, mereka mengembangkan Pi Browser, Pi Wallet, dan platform pengembang (Pi SDK) agar developer bisa membangun aplikasi di ekosistem ini. Tujuannya jelas: Pi harus dipakai, bukan hanya disimpan.

Mengulik Teknologi dan Komunitas di Balik PI Network

Kekuatan utama Pi bukan hanya teknologinya, tapi juga komunitasnya.

Dengan lebih dari 35 juta pengguna aktif (Pioneer) dan dukungan dari ratusan moderator komunitas di berbagai negara, Pi memiliki jaringan grassroots yang sulit ditandingi proyek mana pun. Bahkan saat coin-nya belum diperdagangkan, ratusan merchant sudah menerima Pi sebagai alat tukar dalam skala lokal.

Salah satu contohnya datang dari Indonesia, di mana komunitas Pi aktif menyelenggarakan bazaar yang menerima Pi. Barang-barang seperti pakaian, makanan, hingga layanan digital bisa dibayar pakai Pi, meski nilai resminya belum ditentukan pasar.

Apakah ini bentuk barter modern? Mungkin. Tapi yang jelas, ini menunjukkan eksperimen sosial dan ekonomi yang tidak bisa diabaikan.

Mengapa PI Network Bisa Jadi Bagian Penting?

Di tengah ketidakpercayaan publik terhadap sistem keuangan tradisional, Pi hadir membawa misi inklusi. Ia bukan hanya soal kripto, tapi tentang demokratisasi akses ekonomi digital. Proyek ini bisa dibilang sebagai pintu masuk kripto bagi banyak orang yang bahkan belum tahu apa itu wallet atau gas fee.

Jika Pi berhasil meluncurkan Mainnet terbuka dengan adopsi nyata dan governance yang sehat, maka ia bisa mengisi kekosongan di pasar yang selama ini hanya dikuasai oleh proyek besar yang sulit dijangkau pengguna awam.

Singkatnya? Pi bisa jadi “WeChat Pay” versi blockchain, tapi open-source dan terdesentralisasi.

Mengapa Harus KYC?

Ini bagian yang sering bikin ribut di komunitas.

Pi Network mewajibkan KYC (Know Your Customer) untuk bisa memindahkan Pi ke wallet Mainnet. Banyak yang mengeluh. “Kalau desentralisasi, kenapa harus pakai KTP?” Tapi dari sisi keamanan dan anti-bot, langkah ini sangat masuk akal.

Tanpa KYC, satu orang bisa punya puluhan akun dan merusak keseimbangan jaringan. Dengan proses verifikasi identitas, Pi berusaha memastikan bahwa yang mendapat reward benar-benar pengguna manusia, bukan bot farm dari data center gelap.

Proses KYC di Pi memanfaatkan teknologi OCR dan AI untuk membaca dokumen, dan dilakukan secara bertahap karena keterbatasan kapasitas server. Meski lambat, proses ini adalah bagian dari upaya untuk menjaga integritas sistem.

Jadi, apakah Pi Network akan jadi “Next Big Thing” atau hanya sekadar eksperimen sosial global? Terlalu dini untuk menyimpulkan. Tapi satu hal pasti: ia telah membuktikan bahwa kripto bisa diakses siapa saja—asal punya ponsel dan niat belajar.

Detail Ringkasan

Pi Network

PI

Detail Info

Nama

Ticker

Situs Resmi

Whitepaper

Total Supply

Pi Network

PI

minepi.com

Pi Whitepaper

100.000.000.000 PI

Disclaimer:

"Informasi di Coinbiograph hanya sebagai referensi, bukan saran investasi. Artikel ini tidak mendukung pembelian atau penjualan kripto tertentu.

Perdagangan keuangan, termasuk cryptocurrency, selalu berisiko. Risetlah sebelum berinvestasi. Keputusan ada pada Anda.

Gunakan platform resmi yang legal, terutama di Indonesia. Pilih platform kripto yang terdaftar oleh BAPPEBTI dan OJK dan daftar aset kripto resmi di Indonesia dan legal"

Share:

Cyro Ilan

Cyro Ilan adalah penulis dan analis sekaligus CEO di Coinbiograph, media yang membahas dunia kripto dan blockchain. Saya dikenal karena gaya tulisannya yang jelas dan informatif, membantu pembaca kami memahami teknologi dan peluang di balik aset digital.

Also Read