Ethereum baru saja melewati titik balik krusial dalam sejarahnya. Rabu pagi waktu London, peningkatan terbesar blockchain inilah yang dijuluki Pectra — akhirnya diaktifkan. Tidak dengan fanfare besar-besaran, tapi efeknya? Sangat terasa. Banyak yang menyebutnya sebagai “penyempurna pengalaman,” bukan hanya bagi pengembang, tapi bagi pengguna biasa yang selama ini kewalahan oleh klik tak berujung dan biaya transaksi yang membingungkan.
Selama bertahun-tahun, Ethereum dikenal sebagai mesin yang kuat namun… ya, kikuk. Antarmuka pengguna kadang terasa seperti bermain Minesweeper sambil disuruh bayar parkir. Transaksi tertunda. Notifikasi pop-up. Biaya yang tak bisa diprediksi. Tapi Pectra datang untuk membalikkan itu.
2/ so what’s new in pectra?
— Ethereum.org (@ethereum) May 6, 2025
a lot.
this is where ethereum starts feeling like a modern network:
– fewer clicks
– smarter wallets
– cheaper txs
– cleaner staking
let’s break it down ↓
“Pectra mengurangi jumlah klik yang diperlukan untuk melakukan apa yang Anda inginkan,” tulis Binji, kontributor komunitas Optimism, di X. Dan ya, itu bukan hiperbola.
Dompet Lebih Pintar, Transaksi Lebih Fleksibel
Salah satu sorotan utama dari Pectra adalah peningkatan dompet digital. Fitur transaksi massal kini tersedia, menghilangkan kebutuhan untuk menyetujui satu per satu permintaan konfirmasi — yang sering muncul seperti spam di saat kita ingin cepat-cepat swap token.
Lebih lanjut, pengguna kini bisa membayar biaya transaksi dengan token apa pun, bukan cuma Ether. Ini kecil, tapi penting. Sekarang pengguna tak perlu lagi memegang ETH hanya untuk membayar gas. Misalnya, membayar dengan stablecoin seperti USDC membuat biaya terasa lebih transparan karena diukur dalam mata uang dunia nyata, bukan angka desimal yang aneh dan berubah-ubah.
Ini seperti membayar taksi online langsung dengan Rupiah, bukan harus menukar uang dulu ke Bitcoin, lalu konversi ke token ride.
Blockchain Layer 2, Harapan dan Batasan
Namun, bukan cuma soal dompet dan pengalaman pengguna. Pectra juga menggandakan kapasitas blob — inovasi penyimpanan data dari peningkatan Dencun tahun lalu yang sukses memangkas biaya transaksi layer 2 hingga 98%.
Masalahnya? Volume penggunaan layer 2 seperti Arbitrum, Optimism, dan Base tumbuh jauh lebih cepat dari yang diperkirakan. Menurut Jesse Pollak dari Base, permintaan bisa melonjak 10 hingga 20 kali lipat pada 2025. Dan kapasitas Pectra… belum tentu bisa menampung itu.
“Saat ini, kami belum memiliki posisi yang baik untuk memenuhi permintaan tersebut,” katanya dalam panggilan pengembang awal tahun ini.
Jadi meski biaya masih relatif rendah, tidak ada jaminan akan tetap begitu. Seperti jalan tol yang baru dilebarkan — lalu mendadak semua orang ingin lewat situ.
Konsolidasi Validator dan Efisiensi
Di sisi teknis, Pectra juga memberi angin segar bagi operator validator. Sebelumnya, setiap validator Ethereum hanya bisa mengelola 32 ETH. Sekarang? Hingga 2.048 ETH.
Ini mengurangi overhead operasional dan membuat proses validasi lebih efisien. Dalam istilah awam: lebih sedikit server yang sibuk melakukan hal yang sama, dan lebih banyak peluang bagi penyedia staking untuk bersaing dalam skala besar.
Vitalik Ingin Ethereum Sesederhana Bitcoin — Apakah Kita Sedang Melihat “Pembersihan Besar” dalam Protokol?
Setelah bertahun-tahun menyulap kompleksitas demi kompleksitas demi mengejar skalabilitas, Ethereum akhirnya menatap…
Namun, ini bukan tanpa kontroversi. Beberapa pihak khawatir konsolidasi ini bisa memperkecil desentralisasi. Tapi menurut Ethereum Foundation, ini hanyalah langkah awal sebelum peningkatan Fusaka yang dirancang justru untuk memperkuat desentralisasi.
Ether dan Bayangan Harga
Tapi ada satu masalah yang terus membayangi Ethereum: performa harga ETH.
Meski Ethereum kini lebih efisien dan ramah pengguna, harga ETH sendiri belum mencerminkan pencapaian teknologinya. Sementara Bitcoin dan Solana meroket — terlebih sejak euforia “presiden kripto” Donald Trump — Ether justru stagnan. Bahkan, sempat menyentuh titik terendah dua tahun di kisaran $1.400 saat kekacauan pasar akibat tarif perdagangan AS.
Para kritikus menyalahkan strategi Ethereum yang terlalu mendorong layer 2. Mengapa? Karena blockchain tersebut tak banyak mengonsumsi ETH, sehingga “janji” pasokan menurun dan harga naik — seperti yang diimajinasikan oleh narasi ultrasound money — belum terealisasi.
Peneliti senior Justin Drake dari Ethereum Foundation pun pernah mengakui: “Pasokannya seharusnya turun, nilainya seharusnya naik.” Tapi realitas berbicara lain.
Fusaka: Langkah Berikutnya?
Peningkatan Fusaka yang direncanakan untuk paruh kedua 2025 digadang-gadang akan menjadi game-changer berikutnya. Dengan teknik kriptografi canggih, setiap node hanya perlu mengunduh sebagian kecil dari blob, bukan keseluruhannya. Ini akan mempercepat proses sinkronisasi jaringan dan membuka jalan untuk skalabilitas sejati tanpa harus mengorbankan desentralisasi.
Christine Kim, peneliti Ethereum independen, menyebut ini “lompatan besar menuju Ethereum yang benar-benar modular.” Tapi hingga itu terjadi, Pectra tetap menjadi tulang punggung pembaruan tahun ini.
Pelajaran dari Pectra
Dari sudut pandang coinbiograph.com, Pectra menandai transisi Ethereum dari mesin eksperimental menjadi infrastruktur teknologi yang siap bersaing di dunia nyata. Ini bukan lagi soal “menang dalam teori,” tapi mulai menyentuh kenyataan sehari-hari: kecepatan, biaya, dan pengalaman pengguna.
Bagi pengembang, Pectra adalah toolkit baru. Bagi pengguna, ini berarti lebih sedikit klik dan lebih banyak kontrol. Dan bagi investor? Masih penuh teka-teki.
Apakah ini cukup untuk menyalip Solana dalam adopsi ritel? Belum tentu. Tapi satu hal yang pasti — Ethereum terus belajar dari tantangan sebelumnya, dan seperti banyak proyek ambisius, kadang hasilnya tidak langsung terlihat di harga.
Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Ethereum terasa lebih seperti teknologi siap pakai daripada sekadar eksperimen skala global.
“Pectra adalah Ethereum yang mengingat tujuannya,” tulis Binji. “Bukan hanya untuk ketahanan. Bukan hanya untuk skala. Untuk pengguna.”
Editor: Cyro Ilan