Perisai digital Bitcoin—kode kriptografi yang selama ini dianggap nyaris tak tertembus—akhirnya mulai disorot dari sudut yang jarang dibahas komputasi kuantum. Tak lagi sebatas fiksi ilmiah, teknologi ini makin sering disebut dalam pengungkapan risiko oleh raksasa keuangan seperti BlackRock, menandakan fase baru dalam perjalanan Bitcoin sebagai aset digital global.
Pembaruan prospektus sec.gov untuk iShares Bitcoin Trust miliknya, BlackRock tidak hanya menyebut sekilas ancaman kuantum. Mereka secara eksplisit memperluas bagian yang menjelaskan bagaimana terobosan teknologi ini bisa “melemahkan kriptografi Bitcoin”, sebuah komponen yang selama ini menjadi fondasi keamanan jaringan. Jika algoritma SHA-256 dan ECDSA—dua pilar enkripsi Bitcoin—goyah, maka seluruh ekosistemnya bisa terdampak.
Ini bukan hanya paranoia institusional. Dalam laporan mereka, analis ETF Bloomberg James Seyffart dan Eric Balchunas mencatat bahwa pengungkapan tersebut merupakan bagian dari penyusunan ulang total bagian risiko yang kini mencakup hampir 50 halaman—ya, dari halaman 16 hingga 65. Risiko teknologi kuantum kini disandingkan dengan berbagai isu lain mulai dari tekanan regulasi, dominasi perangkat keras penambangan oleh China, hingga bahkan… persediaan Bitcoin milik Donald Trump.
To be clear. These are just basic risk disclosures. They are going to highlight any potential thing that can go wrong with any product they list or underlying asset thats being invested in. It's completely standard. And honestly makes complete sense.
— James Seyffart (@JSeyff) May 9, 2025
People looked to this…
Namun penting dicatat, Seyffart menekankan bahwa ini adalah standar dalam dunia pengelolaan dana: “Mereka akan menyoroti segala kemungkinan hal yang bisa salah.” Artinya, ini belum tentu sinyal bahwa ancaman sudah di depan mata. Tapi tetap saja—fakta bahwa kuantum kini duduk berdampingan dengan risiko tradisional seperti volatilitas harga atau hash rate menurun adalah sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
Satu hal yang membuat ini jadi perhatian utama? Momentum global terhadap komputasi kuantum sedang melonjak. PBB menetapkan 2025 sebagai “Tahun Internasional Sains dan Teknologi Kuantum”, mendorong negara-negara untuk mempercepat investasi dan riset. IBM, Microsoft, dan bahkan Alibaba dikabarkan menggelontorkan dana besar untuk menjadi pelopor dalam domain ini. Tentu saja, tujuan utamanya bukan hanya menghancurkan Bitcoin—tetapi keamanan kriptografi secara luas jelas akan menjadi salah satu imbasnya.
Di dunia kripto, ada kecemasan, tapi juga semacam kelelahan. Para pengembang inti Bitcoin telah memperhitungkan ancaman kuantum selama bertahun-tahun. Namun begitu raksasa keuangan seperti BlackRock mulai memasukkan bahasa teknis itu dalam dokumen hukum mereka, nada percakapannya berubah. Ini bukan lagi diskusi di forum GitHub atau komunitas Reddit. Ini masuk ke ranah lembaga keuangan tradisional, dan mereka bicara soal what-if yang serius.
Melacak Jejak Bitcoin, Antara Tanda Peringatan dan Potensi Pulih dalam Gelembung Pasar Kripto?
Penurunan nilai Bitcoin sebesar 4% dalam dua hari terakhir, setelah mengalami penurunan…
Beberapa pakar, seperti Pierre-Luc Dallaire-Demers dari Universitas Calgary, meyakinkan bahwa masa di mana komputer kuantum bisa mengancam Bitcoin masih sekitar 5–7 tahun lagi. Tapi pertanyaan besarnya tetap: Apakah Bitcoin akan siap saat itu tiba?
Dan jika jawabannya “belum tentu”—apa langkah mitigasi terbaik?
Para peneliti telah membahas solusi post-quantum, seperti penggunaan skema tanda tangan kriptografi alternatif, namun belum ada konsensus. Masalahnya, protokol Bitcoin sangat konservatif terhadap perubahan. Karena setiap update—apalagi yang menyentuh struktur dasar seperti kriptografi—membutuhkan konsensus komunitas global, serta pengujian yang mendalam.
Jangan lupa, Bitcoin bukan hanya kode. Ia adalah sistem sosial. Dan konsensus sosial seringkali lebih sulit dicapai daripada konsensus teknis.
Kami di Coinbiograph.com memantau perkembangan ini dengan cermat. Sebab kita semua tahu, tidak ada sistem yang sepenuhnya tak tergoyahkan. Bahkan Bitcoin, dengan semua keunggulannya, bisa menghadapi tantangan eksistensial jika komputasi kuantum benar-benar menembus batasannya.
Dan bukan hanya Bitcoin—ETH, Solana, semua aset kripto berbasis kriptografi klasik bisa berada dalam barisan target.
Satu pelajaran penting dari kisah ini adalah bahwa risiko evolusi teknologi bukan sekadar teori. Ketika institusi global mulai menyesuaikan narasi mereka—dari “ini hal sepele” menjadi “ini patut diwaspadai”—sudah waktunya industri kripto membuka mata lebih lebar.
Sama seperti tidak ada dompet yang sepenuhnya aman dari kehilangan kata sandi, tidak ada algoritma yang aman dari waktu.
Untuk sekarang, ancaman kuantum masih di cakrawala. Tapi langkah-langkah mitigasi harus mulai dikerjakan dari sekarang, atau kita bisa melihat cerita besar berikutnya di dunia kripto tidak datang dari harga Bitcoin, tapi dari sebuah algoritma yang berhasil dipecahkan.
Dan itu… bisa mengubah segalanya.
Editor: Cyro Ilan