Bitcoin kembali jadi magnet utama pasar modal. Reli kripto terbesar dalam sejarah modern tidak cuman memukau investor ritel, tapi juga mengguncang strategi korporasi besar. Satu per satu, perusahaan publik mulai meniru cetak biru MicroStrategy: kumpulkan dana besar, beli Bitcoin dalam jumlah luar biasa.
Reli Bitcoin yang menembus angka Rp 1,8 miliar minggu lalu naik lebih dari 50% sejak awal April, bukan cuman pencapaian harga. Ini adalah pemicu gelombang akuisisi dan ekspansi strategis perusahaan-perusahaan teknologi, keuangan, bahkan media. Dunia menyaksikan transformasi dari perusahaan biasa, menjadi ‘lembaga penimbun Bitcoin.’
Strategy: Blueprint Baru Perusahaan Publik
MicroStrategy, kini secara resmi mengganti nama menjadi Strategy, telah menginspirasi gelombang korporasi baru. Dengan menggenggam 580.000 BTC dan valuasi pasar lebih dari $100 miliar (sekitar 16 kuadriliun di konversikan), Strategy bukan sekadar perusahaan perangkat lunak. Mereka adalah prototipe entitas baru: perusahaan perbendaharaan Bitcoin.
Langkah ini menular cepat. Hingga Mei 2025, tercatat 113 perusahaan publik kini memegang Bitcoin secara resmi—naik drastis dari 89 pada bulan April. Nilai gabungan simpanan mereka kini mencapai lebih dari 800.000 BTC, senilai sekitar $88 miliar.
Aaron Chan dari Flow Traders menyebut ini sebagai fenomena “kapitalisasi momentum.”
“Investor mencoba masuk lebih awal, sebelum ‘Strategy’ berikutnya lahir,” ujarnya kepada Financial Times.
Trump Media & 21 Capital: Kekuatan Baru yang Muncul
Salah satu entitas paling vokal dalam gelombang ini adalah Trump Media & Technology Group, yang baru saja mengumumkan rencana pengumpulan dana sebesar $2,5 miliar untuk membeli Bitcoin.
Tidak ketinggalan, Twenty One Capital venture baru besutan Jack Mallers dengan dukungan dari SoftBank, Tether, dan Cantor Equity Partners menargetkan kepemilikan hingga 42.000 BTC. Valuasi pasca-mergernya? Sekitar $14,4 miliar.
Perusahaan lain, Strive Asset Management, yang didirikan bersama oleh mantan kandidat presiden AS Vivek Ramaswamy, juga mengincar dana hingga $1,5 miliar untuk langkah serupa.
Semua ini bermuara pada satu kesimpulan: Bitcoin bukan lagi sekadar aset digital—ia telah menjadi strategi korporat.
Texas Siap Bentuk Cadangan Bitcoin Resmi
Dengan dukungan yang makin menguat, dilansir dari laman capitol.texas.gov/tlodocs Texas Strategic Bitcoin…
Dari Merger Hingga Saham Melejit
Langkah lain yang terlihat adalah percepatan pencatatan publik melalui SPAC dan penggabungan strategis. American Bitcoin, yang sebagian dimiliki oleh putra-putra Donald Trump, bergabung dengan Gryphon Mining. Efeknya? Saham Gryphon melonjak 120%.
Sementara itu, KindlyMD, perusahaan mitra dari Nakamoto Holdings, naik hingga 540% pasca-pengumuman merger. CEO Nakamoto, David Bailey, terang-terangan menyebut misi mereka adalah “mengemas Bitcoin menjadi instrumen institusional.”
Namun analis mengingatkan: tidak semua bisa meniru Saylor.
“Pasar perlu percaya pada strateginya,” kata Patrick Bush dari VanEck. “Keberhasilan Strategy sangat bergantung pada visibilitas publik Michael Saylor—dan tidak semua CEO punya itu.”
Eropa, Asia, dan Langkah Diam-diam Blackstone
Gelombang ini bersifat global. Di Prancis, Blockchain Group baru saja mengumumkan pembelian Bitcoin senilai $72 juta setelah berhasil menjual obligasi senilai €63,3 juta. Ini memperkuat strategi perbendaharaan agresif mereka di tengah pasar bullish.
Tidak kalah mengejutkan, langkah senyap dilakukan Blackstone, pengelola aset alternatif terbesar di dunia. Lewat laporan ke SEC, mereka tercatat membeli 23.094 saham IBIT, ETF Bitcoin milik BlackRock, senilai sekitar $1,08 juta. Ini adalah pintu masuk pertama mereka ke pasar kripto meski kecil, langkah ini bisa menjadi sinyal besar.
Dari Asia, DigiAsia Corp, perusahaan fintech Indonesia yang sudah terdaftar di Nasdaq, turut mencuri perhatian. Saham mereka meroket 91% pada 19 Mei setelah mengumumkan rencana mengumpulkan $100 juta untuk mulai menyimpan Bitcoin sebagai aset perbendaharaan.
Apakah Kita Menuju Era Bitcoin Corporate?
Yang jelas, Bitcoin tidak lagi sekadar alat lindung nilai atau instrumen investasi alternatif. Ia kini menjadi tulang punggung strategi korporasi modern sebuah evolusi dari digital gold menjadi digital capital reserve.
Pertanyaannya kini bukan lagi siapa yang akan beli Bitcoin, tapi siapa yang tidak. Dan dalam dunia keuangan yang semakin kompetitif, mungkin inilah waktunya bagi perusahaan untuk menjawab satu pertanyaan sederhana:
“Apa kamu sudah punya Bitcoin di neraca keuanganmu?”
Sumber: Dari berbagai sumber
Editor: Cyro Ilan