ETH Melonjak 31% Dalam 48 Jam: Apakah Peningkatan Pectra dan Kesepakatan Dagang Jadi Titik Balik Ethereum?

Setelah berbulan-bulan hanya jadi penonton reli pasar, Ethereum (ETH) akhirnya membalas. Dan tidak main-main—kenaikannya lebih dari 31% hanya dalam dua hari terakhir. Lonjakan ini bukan hanya soal grafik yang naik, tapi tentang semangat yang menyala kembali di komunitas Ethereum setelah sekian lama tertatih-tatih di belakang Bitcoin dan Solana.

Ethereum selama ini terasa seperti atlet veteran yang kehilangan taji. Sementara Bitcoin naik daun berkat hype ETF spot dan Solana memikat investor ritel dengan kecepatannya, ETH malah terjerembab, bahkan sempat menyentuh titik terendah dua tahunnya di $1.417 bulan lalu. Tapi Rabu kemarin, semuanya berubah.

Pemicu utamanya? Peningkatan besar bernama Pectra dan angin segar dari dunia geopolitik: kesepakatan dagang AS-Inggris yang cukup mengejutkan pasar.

“Peningkatan Pectra Ethereum — perubahan protokol paling signifikan sejak The Merge 2022 — telah menyegarkan kembali sentimen seputar aset tersebut,” kata Nikolay Karpenko, senior client relationship manager di B2C2.

Momentum Terlambat, Tapi Tetap Datang

Selama sebagian besar awal 2025, ETH tertinggal. Ini bahkan terasa ironis, mengingat Ethereum adalah fondasi dari sebagian besar ekonomi kripto—rumah bagi stablecoin, protokol DeFi, NFT, dan tentu saja, proyek Layer 2 seperti Arbitrum dan Optimism.

Menurut Iliya Kalchev dari Nexo Dispatch, “Peningkatan tajam Ethereum tidak mengejutkan – ini adalah penyesuaian harga yang telah lama ditunggu-tunggu dari momentum yang tumbuh secara diam-diam.”

Dan ketika harga ETH melewati $2.000, pasar jadi seperti sumbu pendek yang akhirnya terbakar. Posisi short dilikuidasi. Trader yang berharap ETH terus jatuh akhirnya harus “cut loss” dan membeli kembali di harga tinggi—short squeeze klasik yang memperparah lonjakan.

Pectra: Peningkatan yang Memicu Kebangkitan

Nah, mari kita bicara soal Pectra. Apa sebenarnya yang membuat peningkatan ini begitu penting?

Singkatnya: Pectra meningkatkan user experience. Dompet digital jadi lebih fleksibel dan efisien untuk dipakai di ekosistem Ethereum, validator lebih cepat dan hemat sumber daya, dan lapisan Layer 2 dapat bekerja lebih optimal. Semua hal ini langsung menyasar masalah yang selama ini bikin frustrasi pengguna.



Kalau Anda pernah mencoba berinteraksi dengan aplikasi DeFi dan merasa antarmukanya seperti alat berat tahun 90-an, Anda akan mengerti betapa pentingnya perubahan ini.

“Ethereum sudah kehabisan penjual. Semua orang yang akan menyerah sudah menyerah,” kata Andreas Brekken, pendiri Sideshift.ai.

Sentimen Ekonomi Makro Ikut Bantu

Namun bukan hanya Pectra. Ada juga faktor luar negeri yang cukup menarik.

Kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Inggris—yang diumumkan Kamis lalu—membuka jalan bagi penurunan tarif pada produk baja dan pertanian. Meskipun rinciannya masih samar (dan ya, New York Times bahkan menyebutnya “terlalu dini untuk dirayakan”) tapi pasar menyambutnya dengan sukacita. Investor global yang sebelumnya defensif jadi lebih agresif masuk lagi ke aset berisiko, termasuk kripto.

Dan menariknya, Presiden Trump bahkan memberi sinyal akan menurunkan tarif untuk China, mitra dagang yang selama ini tegang hubungannya dengan AS. Itu artinya apa? Ada peluang pemulihan ekonomi global, dan investor mengantisipasinya dengan mengakumulasi aset digital sebelum terlambat.

Ethereum Foundation: Akhirnya Bangun?

Perlu dicatat, sebagian frustrasi komunitas Ethereum belakangan ini bukan hanya soal harga. Tapi juga soal kesan bahwa tim pengembangnya agak… lamban.

Namun, sejak Ethereum Foundation mengumumkan direktur bersama baru pada bulan Maret, dan memprioritaskan tiga hal besar—scalability, affordability untuk Layer 2, dan peningkatan UX—angin perubahan mulai terasa.

“Urgensi baru dalam proses pengembangan protokol inti telah diterima dengan baik oleh komunitas,” kata Carlos Guzman dari GSR.

—

Masih Butuh Dorongan?

Meskipun lonjakan ini menggembirakan, tidak semua analis yakin ini akan berlanjut dalam jangka pendek.

“Laju kenaikan kemungkinan akan melambat menyusul short squeeze yang agresif tersebut,” kata Karpenko. “Untuk tren naik yang berkelanjutan, kita perlu melihat permintaan yang lebih konsisten dari akun uang riil.”

Jadi, ya—lonjakan 31% dalam dua hari bukan jaminan harga ETH akan terus naik minggu depan. Tapi apa yang terjadi pekan ini memberikan dua pelajaran penting:

  1. Jangan pernah remehkan fundamental Ethereum.
  2. Pasar kripto selalu punya kejutan, terutama ketika banyak yang sudah menyerah.

Level $2.600 akan menjadi zona uji berikutnya. Tapi jangan heran kalau kita melihat ETH kembali mengincar rekor $4.800-nya tahun depan—jika, tentu saja, fondasi on-chain dan sentimen global terus menguat.

Untuk sekarang? Ini bukan hanya soal grafik hijau. Ini tentang Ethereum yang akhirnya menunjukkan bahwa ia masih punya taji. Dan semua mata kini kembali tertuju padanya.


Editor: Cyro Ilan

Disclaimer:

"Informasi di Coinbiograph hanya sebagai referensi, bukan saran investasi. Artikel ini tidak mendukung pembelian atau penjualan kripto tertentu.

Perdagangan keuangan, termasuk cryptocurrency, selalu berisiko. Risetlah sebelum berinvestasi. Keputusan ada pada Anda.

Gunakan platform resmi yang legal, terutama di Indonesia. Pilih platform kripto yang terdaftar oleh BAPPEBTI dan OJK klik disini."

Share:

Cyro Ilan

Cyro Ilan adalah penulis dan analis sekaligus CEO di Coinbiograph, media yang membahas dunia kripto dan blockchain. Saya dikenal karena gaya tulisannya yang jelas dan informatif, membantu pembaca kami memahami teknologi dan peluang di balik aset digital.

Also Read