Ketika nama Gracy Chen mulai ramai diperbincangkan di kalangan penggemar kripto dan media bisnis global, sebagian orang mungkin bertanya—siapa sebenarnya Gracy, dan bagaimana ia bisa berdiri di puncak salah satu bursa derivatif kripto paling berpengaruh di dunia, Bitget?
Kisahnya tidak dibangun dalam semalam. Dan tidak juga lahir dari keberuntungan semata. Gracy Chen adalah hasil dari perjalanan panjang yang penuh disiplin, eksplorasi lintas industri, dan—sejujurnya—kemampuan luar biasa untuk membaca arah masa depan teknologi.
Lahir pada 13 Juli 1988, Gracy berasal dari latar belakang Tionghoa. Ia diketahui memeluk agama Buddha, sesuatu yang beberapa kali ia rujuk sebagai nilai dasar dalam kepemimpinannya yang penuh empati namun tegas.
Pendidikan adalah fondasi penting yang membentuk kariernya. Ia menyelesaikan studi di National University of Singapore (NUS), salah satu universitas terkemuka di Asia. Tapi tak berhenti di situ. Ia melangkah lebih jauh dengan meraih gelar MBA dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Sloan School of Management—tempat di mana banyak pemimpin industri teknologi dunia lahir. Di sana, ia memperluas perspektifnya tentang teknologi keuangan, kecerdasan buatan, dan Web3.
Sebelum masuk ke dunia kripto, Gracy punya rekam jejak karier yang menarik. Ia pernah menjabat sebagai host TV untuk Phoenix TV, media internasional asal Hong Kong, yang membawanya ke berbagai wawancara dengan tokoh-tokoh politik dan pemimpin bisnis global. Pengalaman ini bukan sekadar media exposure—itu mengasah keterampilannya dalam berpikir cepat, membangun narasi, dan menyampaikan gagasan kompleks dengan cara yang bisa dicerna publik luas.
Tapi titik balik kariernya datang ketika ia bergabung dengan Bitget pada tahun 2021 sebagai Managing Director, dan kemudian resmi diumumkan sebagai CEO pada 2023. Di bawah kepemimpinannya, Bitget mengalami pertumbuhan signifikan—tercatat pengguna aktifnya melonjak lebih dari 300% dalam dua tahun terakhir, dan platform ini kini diposisikan sebagai salah satu dari 5 bursa derivatif kripto terbesar di dunia menurut CoinGecko.
Kepemimpinan Gracy tidak hanya fokus pada pertumbuhan kuantitatif. Ia juga dikenal sebagai penggerak utama di balik kampanye #CryptoForWomen yang bertujuan meningkatkan inklusi perempuan dalam Web3 dan dunia keuangan terdesentralisasi. Sebuah langkah yang, harus kita akui, belum banyak disentuh oleh CEO lain di ruang kripto yang masih didominasi laki-laki.
Namun tidak semuanya berjalan mulus. Dalam wawancaranya dengan CoinDesk pada 2024, Gracy mengakui bahwa awal keterlibatannya di Bitget diwarnai “tantangan adopsi internal terhadap budaya transparansi dan desentralisasi yang ia dorong.” Tapi seperti yang dikatakan Gracy, “tantangan itulah yang justru memperkuat komitmen kami untuk menciptakan ekosistem yang terbuka dan inklusif.”
Salah satu langkah krusial yang membedakan Bitget di bawah kepemimpinan Gracy adalah integrasi copy trading—fitur yang memungkinkan pengguna pemula mengikuti strategi para trader profesional secara otomatis. Ini bukan hanya mengurangi hambatan teknis bagi investor baru, tapi juga memperluas pasar Bitget ke negara-negara berkembang seperti Indonesia, Brasil, dan Nigeria.
Dalam berbagai wawancara, Gracy tak segan menyebut bahwa masa depan kripto akan ditentukan oleh “kepercayaan, aksesibilitas, dan pendidikan.” Dan itu tidak bisa dibangun dengan jargon teknis semata. Ia percaya bahwa storytelling punya peran vital—dan di sinilah ia memanfaatkan bekal masa lalunya sebagai jurnalis.
Bagi banyak orang, Gracy adalah inspirasi karena berhasil mendobrak batas. Ia adalah CEO perempuan di tengah industri yang dikenal maskulin, sekaligus pemimpin yang membawa pendekatan spiritual dan humanistik ke dunia kripto yang biasanya penuh angka dan spekulasi.
Melihat jejak digitalnya di platform seperti LinkedIn atau wawancara di YouTube, terasa betul bahwa Gracy bukan sekadar eksekutif. Ia adalah komunikator, visioner, dan di saat yang sama, pembelajar yang rendah hati. Dalam beberapa postingannya, ia masih mengutip sutra-sutra Buddha yang menyentuh nilai ketekunan dan ketenangan—sesuatu yang mungkin terdengar asing dalam dunia volatilitas pasar kripto, tapi justru membuat kepemimpinannya lebih utuh.
Bitget hari ini tidak hanya mencerminkan teknologi mutakhir, tetapi juga nilai. Dan banyak dari nilai itu—keberanian, inklusi, kejelasan visi—berasal langsung dari Gracy Chen.
Gracy Chen, CEO Bitget, Kepemimpinan, Inovasi, dan Kesetaraan dalam Dunia Kripto
Gracy Chen, CEO dari platform perdagangan kripto global Bitget, terus menarik perhatian dunia kripto dengan visinya yang tajam, strategi ekspansi yang progresif, dan komitmen kuat terhadap kesetaraan gender. Dalam berbagai wawancara eksklusif dengan media terkemuka seperti BeInCrypto, Cryptonomist, HackerNoon, Cryptonews, hingga Moneycab, Gracy membagikan pandangannya tentang pertumbuhan industri, teknologi masa depan, dan tantangan sosial yang masih harus diatasi.
Fokus pada Pengguna dan Kepatuhan sebagai Kunci Pertumbuhan
Dalam wawancaranya dengan Cryptonomist, Gracy menegaskan bahwa pendekatan yang berfokus pada pengguna menjadi fondasi utama keberhasilan Bitget. Ia juga menyebut penguatan regulasi serta kepatuhan global sebagai pilar penting untuk membangun kepercayaan pasar.
“Kami mengutamakan keamanan, transparansi, dan kemudahan akses dalam semua layanan kami,” ujar Gracy. Strategi ini didukung oleh ekspansi Bitget ke wilayah yang berkembang pesat seperti Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika.
Teknologi AI dan Masa Depan Perdagangan Kripto
Di era kecerdasan buatan, Gracy melihat peluang besar bagi bursa kripto. Dalam wawancara bersama HackerNoon, ia menjelaskan bagaimana AI dapat membantu meningkatkan performa trader, baik pemula maupun profesional. Bitget sendiri memanfaatkan teknologi ini dalam layanan copy trading yang kian populer.
“Pertukaran kripto harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi jika ingin tetap relevan,” tegasnya.
Tokenisasi Aset dan Adopsi Institusional
Kepada BeInCrypto, Gracy menyoroti fenomena tokenisasi aset dunia nyata (real-world asset/RWA) sebagai penggerak utama adopsi institusional. Menurutnya, likuiditas yang lebih tinggi dan efisiensi transaksi yang ditawarkan oleh blockchain akan mendorong lebih banyak perusahaan masuk ke ruang ini.
Tantangan Perempuan dalam Industri Kripto
Tak hanya membahas teknologi dan strategi bisnis, Gracy juga vokal tentang kesenjangan gender dalam industri kripto. Dalam wawancara dengan Cryptonews, ia menyayangkan rendahnya dukungan modal ventura (VC) untuk proyek kripto yang dipimpin oleh perempuan.
“Kesetaraan dalam pendanaan masih sangat jauh dari ideal. Kita butuh lebih banyak inisiatif untuk mendorong perempuan menduduki posisi kepemimpinan,” ujar Gracy. Salah satu inisiatif yang ia dukung adalah Blockchain4Her, yang bertujuan membuka lebih banyak peluang bagi perempuan di Web3.
DNA Bitget: Keamanan dan Selektivitas
Dalam perbincangan dengan Moneycab, Gracy menyebut bahwa setiap proyek baru yang masuk ke Bitget harus melewati proses evaluasi yang ketat. Menurutnya, kepercayaan 45 juta pengguna Bitget berasal dari komitmen kuat perusahaan terhadap keamanan dan kepatuhan global.
“Kami tidak hanya ingin menjadi yang tercepat atau terbesar, tapi juga yang paling tepercaya,” katanya.
Komitmen Terhadap Ekspansi Global
Tak hanya bertumbuh di pasar mapan, Bitget di bawah kepemimpinan Gracy juga aktif menembus pasar baru. Di wawancara bersama Parkiet, Gracy menegaskan bahwa Bitget akan terus berekspansi ke wilayah dengan potensi pertumbuhan tinggi, sambil tetap memprioritaskan pendekatan berbasis regulasi dan perlindungan pengguna.
Detail Ringkasan
Gracy Chen bukan hanya CEO dari salah satu bursa kripto terbesar di dunia, tapi juga figur yang mendorong perubahan struktural dalam industri. Melalui strategi bisnis yang tajam, pemanfaatan teknologi terkini, dan komitmen sosial yang nyata, Gracy terus membentuk masa depan Bitget — dan mungkin juga masa depan dunia kripto secara keseluruhan.

Gracy Chen
CEO Bitget
Detail Info
Nama
Jabatan
Agama
Tanggal Lahir
Pendidikan
Gracy Chen
CEO Bitget
Buddha
13 Juli 1988
Gracy Chen memegang gelar Sarjana dari Universitas Nasional Singapura (NUS) dan gelar MBA dari Institut Teknologi Massachusetts 1 (MIT).